Langsung ke konten utama

Pernah Merusak Timbangan, Batu Ini Beratnya Berubah - Ubah: 10, 100, 500 Kg

Batu Angkek-Angkek adalah salah satu wisata yang unik di Tanah Datar. Batu angkek-angkek ini terletak di Desa Balai Tabuah, Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi  Sumatera Barat. Jarak desa ini sekitar 7,5 kilometer dari Kota Batusangkar.


Hadi Putra Lagani, salah satu pengelola objek wisata batu angkek-angkek ini mengatakan jenis batu ini tidak bisa diketahui oleh para ahli dan ilmuan sampai sekarang. Karena batu sejenis ini tidak pernah ditemukan di manapun. Hadi menjelaskan, penelitian dilakukan para ahli baru sebatas menguji berat batu itu saja. Berat itupun tidak konstan.

Hadi mengatakan berat baru angkek-angkek ini tidak pernah sama. Terkadang beratnya 10 kg. Terkadang 100 kg, pernah juga sampai 500 kg. Paling parah kata Hadi batu angkek-angkek pernah bikin timbangan hancur karena beratnya sangat luar biasa tidak terukur.

“Jenis material batu ini belum bisa dipastikan. Terlalu banyak versi. Penelitian mentok pada beratnya saja,” ucap Hadi.

Berawal dari Mimpi Dt Bandaro Kayo

Sekitar 500 tahun lalu, seorang kepala kaum dari suku Piliang Datuak (Dt) Bandaro Kayo mengalami mimpi bertemu dengan Sykeikh Achmad. Dalam mimpinya itu, Syeikh Achmad menyuruh Dt Bandaro Kayo mendirikan sebuah perkampungan. Sekarang nama kampung itu bernama kampung Palangan. Pendirian kampung itu diawali dengan pembangunan sebuah rumah gadang sebagai pusat.

Saat mendirikan tonggak utama rumah gadang itu, terjadi peristiwa aneh. Selama 14 hari 14 malam di kampung Palangan, sering terjadi gempa bumi lokal dan hujan panas bergantian. Karena peristiwa itu dirasa aneh oleh kaum Dt Bandaro Kayo, kemudian diadakanlah musyawarah untuk mengambil keputusan kelanjutan pembangunan kampung.

Saat musyawarah berlangsung terdengar suara gaib dari lobang tempat pemancangan tiang utama rumah gadang. Tidak jelas itu suara siapa. Suara itu mengatakan bahwa ada sebuah batu di dalam lobang tempat pemancangan tiang. Batu itu bernama Batu Pendapatan.

Suara Ghaib dari lobang itu berpesan agar batu pendapatan dijaga dengan sebaik mungkin. Batu ini yang kemudian terkenal dengan nama batu angkek-angkek. Hadi mengatakan nama asli batu itu tetaplah batu pendapatan. Batu angkek-angkek merupakan nama yang dipopulerkan oleh pengunjung.

Dari kisah yang diceritakan turun temurun, kata Hadi  batu pendapatan awalnya berbentuk jengkol. Masyarakat kaum Dr Bandaro Kayo hanya bisa mengambil sebagian atas. Sebagiannya lagi tidak bisa terangkat.

Cerinya ketika semua orang kampung berusaha mengankatnya, tanah semakin amblas ke dalam. Jadinya mereka membiarkan batu itu tetap di dalam lobang. Sekarag Sebagian batu yang tidak terangkat itu tidak pernah lagi ditemukan. Dan tidak ada yang mencoba mencarinya lagi.

Jadi Obek Wisata Sejak Tahun 80

Sejak  ratusan tahun lalu, sudah banyak masyarakat mengetahui keajaiban batu angkek-angkek ini. Tapi pemerintah baru menjadikannya sebagai objek wisata dan cagar budaya yang harus dilindungi sejak tahun 1980.

Sejak saat itu, pengunjung batu angkek-angkek semakin ramai setiap tahun. Bahkan sampai sekarang, batu angkek-angkek selalu didatangi wisatawan yang datang ke kabupaten Tanah Datar. Ada ungkapan mengatakan, tidak lengkap rasanya ke Tanah Datar kalau tidak mencoba mengangkat batu angkek-angkek.

Hadi mengatakan generasi dari Dt Bandaro Kayo sudah putus. Sekarang Hadi dan keluarganya bertindak sebagai pengelola. Agar batu ini tetap terawat, pengelola batu angkek-angkek selalu membersihkan batu ini dengan air biasa agar tidak dihinggapi kuman. Mereka tidak ingin pengangkat batu dihinggapi penyakit setelah berkunjung.

Sumber: republika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puncak Santigi, Pemandangan Alam Tiada Duanya

Puncak Santigi di Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah dapat menjadi alternatif pilihan destinasi wisata anda ketika berkunjung ke wilayah ini. Untuk bisa mencapai Puncak Santigi ini kamu perlu sedikit usaha, karena tanjakannya dikenal tinggi, jadi kamu harus lebih berhati-hati. Namun begitu mencapai puncaknya, kamu bakal disuguhi pemandangan alam yang tiada duanya, yaitu pemandangan hijau pepohonan, lautan yang biru, dan juga pegunungan. Dijamin, rasa capek kamu saat mendaki gunung ini akan hilang seketika.

Djarot Beberkan Rencana Ahok Jadi YouTuber

Politikus PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan, setelah selesai menjalani hukuman penjara, Ahok akan menjadi YouTuber. Djarot mengatakan penghasilan Ahok sebagai YouTuber akan disumbangkan untuk yayasan BTP Foundation. "Dia akan jadi vlogger, jadi YouTuber. Kalau sudah banyak yang subscirbe itu akan dapat duit juga. Itu akan masuk BTP Foundation," ujar Djarot saat berbincang dengan detikcom, Kamis (24/1/2019). Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diketahui mulai nge-vlog setelah bebas dari penjara. Mantan gubernur DKI yang kini ingin dipanggil BTP itu langsung membuat vlog bersama anak sulungnya, Nicholas Sean, di suatu tempat yang dirahasiakan. Vlog yang sudah selesai syuting itu nantinya akan ditayangkan di chanel YouTube Ahok yang diberi nama Panggil Saya BTP. YouTuber kini memang menjadi profesi yang menjanjikan. Sederet YouTuber Indonesia yang sukses mencicipi penghasilan hingga miliaran rupiah berkat profesi tersebut. Ria Ricis misalnya yang kini memiliki leb

Kue Tete, Manis Dengan Paduan Rasa Pandan yang Nikmat

Walaupun namanya berkonasi negatif namun rasa kue ini enak. Namanya kue Tetek. Tidak ada unsur porno atau jorok, sebutan ini ternyata ada alasannya. Punya nama asli kue ape atau serabi Jakarta, kue dengan bentuk bulat dengan bagian tengah yang 'munjung' ke atas ini biasa disebut dengan kue tete. Apakah tete yang dimaksutkan adalah payudara? Sebutan ini dimaksudkan karena bentuknya yang memang agak mirip dengan payudara. Kue ape ini terbuat dari campuran tepung terigu, gula dan santan dan dipadu dengan topping keju hingga meisjes. Rasanya manis dengan paduan rasa pandan yang nikmat. Penjual kue ape ini biasanya ada di pinggir-pinggir jalan ibu kota atau di jajakan dengan gerobak di depan sekolah dengan harga per satuannya Rp 1.000 hingga Rp 2.000.